Terapi cairan
- Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk meggantikan kehilangan akut cairan tubuh
- Kehilangan akut cairan tubuh seringkali menyebabkan shock
- Paling mudah terjadi pada anak
- Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk ekspansi cepat dari cairan intravascular dan memperbaiki perfusi jaringan
- Dapat dilakukan dengan penginfusian NS atau RA/RL 20 ml/kg selama 30-60 menit
- Pada shock hemoragic bisa diberikan 2-3 L dalam 10 menit
Resusitasi cairan pada luka bakar
24 jam pertama
A. Resusitasi syok
Yang digunakan : larutan Kristaloid Ringer’s lactate atau Ringer’s acetate
1. Pemasangan satu atau beberapa jalur intravena
Jika kesulitan melakuka pemasangan jalur vena biasa dilakukan vena seksi dibeberapa tempat
Syarat : jangan memilih jalur vena pada tungkai bawah karena terdapat hipoperfusi perifer dan banyaknya
system klep nya dan hindari pemasangan pada daerah luka
system klep nya dan hindari pemasangan pada daerah luka
2. Pemberian cairan pada syok atau pada kasus dengan luas . 25-30% atau dijumpai keterlambatan >2jam
Dalam waktu < 4jam pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak
|
Keterang
an :
- 70 %adalah volume total cairan tubuh
- 25% adalah jumlah minimal kehilangan cairan tubuh yang dapat menimbulkan gejala klinik dari sindrom syok
- Untuk melakukan resusitasi cairan (melakukan koreksi volume) menggunakan kristaloid, diperlukan 3 kali jumlah yang diperlukan
B. Resusitasi tanpa syok
- tanpa gejala syok / pada kasus dengan luas < 25-30%
- tanpa keterlambatan atau dijumpai keterlambatan < 2jam
Rumus Bexter
|
Pemberian cairan resusitasi menggunakan formula Parkland
Pada 24 jam pertama : - separuh jumlah cairan diberikan 8 jam pertama
- sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya
1. Bayi dan anak, orangtua kebutuhannya 4 ml
- cedera inhalasi (+) , kebutuhan cairan menjadi 4 ml ditambah 1 % dari kebutuhan
- hipertermia (+), ditambahkan 1% dari kebutuhan
2. Penggunaan zat vasoaktif
Tujuan untuk memperbaiki perfusi sirkulasi perifer (contoh: Dopamin,Dobutamin, vasodilator perifer) dengan dosis 3 mg/kgBB dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500 ml Glukosa 5 % dengan jumlah tetesan dibagi rata dalam 24 jam
3. Monitor:
Untuk menilai sirkulasi sentral
a. Central Venous Pressure minimal berkisar 6-12 cmH20
b.Pemantauan sirkulasi perifer
·
|
Sirkulasi Renal
- Jika urin < 0,5 ml/kg/jam, maka jumlah cairan ditingkatkan 50% dari pemberian sebelumnya
- Jika urin > 1ml/kg/jam, jumlah cairan dikurangkan 25% dari pemberian sebelumnya
- Pemeriksaan Lab : - Fungsi Renal (ureum dan kreatinin)
- Berat jenis dan sedimen urin
· Sirkulasi Splangnikus
- penilaian kualiatas dan kuantitas produksi cairan lambung via NGT
-penilaian fungsi hepar (fungsi enzimatik, fungsi sintetik dan metabolik) via laboratorium
c. Pemerikasaan darah lengkap perifer
- Komposisi nilai Hb dan HT menggambarkan hemodilusi atau hemokonsentrasi
- Nilai tersebut harus dikonfirmasi dengan nilai lekosit dan trombosit (umumnya terdapat kerusakan
endotel pembuluh darah, sehingga terbentuk perlekatan komponen darah pada dinding vaskuler)
endotel pembuluh darah, sehingga terbentuk perlekatan komponen darah pada dinding vaskuler)
24 jam kedua
1. pada 24 jam berikutnya à cairan mengandung glukosa
2. diberikan merata dalam 24 jam
3. cairan nya : - glukosa 5% atau 10% , 1500 – 2000ml
- batasi/ kurangi pemberian Ringer’s lactate (dapat menyebabkan edema interstisial yang bertambah sulit diatasi)
4. Monitor
a. monitor sirkulasi
- Nilai CVP
- pemberian HES bila volume Intravaskuler tetap rendah (CVP dibawah +2)
- Jumlah produksi urin : 1-2 ml/kgBB/jam
- jk urin < 1-2 ml/kgBB/jam, nilai zat vasoaktifnya,jk dosis 3mg belum memberikan efek yang diinginkan maka naikkan sampai 5 mg/kgBB
-jika urin masih kurang juga maka rubah regimen dengan larutan hipertonik (Nacl 3-6%) atau koloid
- jika urin < 1 ml/kgBB/jam dan CVP meningkat > 12 cmH20, berikan diuretikum khusus (jika diberi furosemid tambahkan kalium)
- jika urinalisis didapatkan pigmen, beri mannitol 20% perinfus 0,5 mg/kgBB
b. monitor perfusi
- menilai AGD pada kadar HCO3,H2CO3,PaO2 dan PaCO2,nilai pH dan deficit basa (basa excess/BE), serta konsentrasi elektrolit
c. monitor kadar elektrolit
- jika terdapat abnormalitas kadar natrium dan kalium pikirkan adanya gangguan sodium-pump yang timbul akibat gangguan perfusi selular, umumnya hiponatremi terjadi akibat edema seluler yang mendorong kalium keluar sel
Setelah 48 jam
1. cairan sesuai maintenance
2. monitor sirkulasi
a. komposisi Hb terhadap Ht mulai mendekati normal atau cenderung menurun
b. Produksi urin 3-4 ml/kgBB/jam
jika tidak sesuai target upayakan untuk mengembalikan keseimbangan tekanan hidrostatik-onkolitik dengan pemberian koloid
Pemberian koloid
à akan memperbaiki keseimbangan tekanan onkotik di ruang intravaskuler, melalui proses penarikan cairan dari jaringan interstisiel
Protokol pemberian koloid setelah permeabilitas kapiler kembali
à Prioritas pemberian koloid :
- HES 10 %
- Albumin
- Fresh Frozen Plasma
Resusitasi cairan menggunakan cara lain
1. Larutan Nacl 0,9%
1. Larutan Nacl 0,9%
2.Larutan hipertonik (NaCl 3-6%)
RESUSITASI
Re-evaluasi ABCDE
Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah, Berdasarkan Presentasi Penderita Semula
KELAS I | Kelas II | Kelas III | Kelas IV | |
Kehilangan Darah (mL) | Sampai 750 | 750-1500 | 1500-2000 | >2000 |
Kehilangan Darah (% volume darah) | Sampai 15% | 15%-30% | 30%-40% | >40% |
Denyut Nadi | <100 | >100 | >120 | >140 |
Tekanan Darah | Menurun | Menurun | ||
Tekanan nadi (mm Hg) | Normal atau Naik | Menurun | Menurun | Menurun |
Frekuensi Pernafasan | 14-20 | 20-30 | 30-40 | >35 |
Produksi Urin (mL/jam) | >30 | 20-30 | 5-15 | Tidak berarti |
CNS/ Status Mental | Sedikit cemas | Agak cemas | Cemas, bingung | Bingung,lesu (lethargic) |
Penggantian Cairan (Hukum 3:1) | Kristaloid | Kristaloid | Kristaloid dan darah | Kristaloid dan darah |
c. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi tanda-tanda syok
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi tanda-tanda syok
A. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah
- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
- Konsultasikan pada ahli bedah
ETIOLOGI | PEM.FISIK | PEM.DIAGNOSTIK TAMBAHAN | INTERVENSI |
Dugaan Jumlah perdarahan kurang atau Perdarahan Berlanjut | • Distensi Abdomen • Fraktur Pelvis • Fraktur Pelvis • Perdarahan Luar | • DPL atau ultrasonografi | • Konsultasi Bedah • Perbaikan Volume • Mungkin Transfusi • Pasang bidai |
Nonhemorrhagic • Cardiac tamponade | • Distensi vena leher • Bunyi jantung jauh • Ultrasound •Bising nafas normal | • Pericardiocentesis | • Reevaluasi toraks • Dekompresi jarum Tube thoracostomy |
• Recurrent/ persistent tension pneumothorax | • Deviasi Tracheal •Distensi versa leher • Hipersonor • Bising nafas (-) |
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung atau kontusio miokard
Sumber : www.bedahurologi.files.wordpress.com/2008/06/trauma-ugd-dr-ekost.doc
Pedoman cairan infuse Edisi Revisi IX 207, PT OTSUKA Indonesia
Pedoman cairan infuse Edisi Revisi IX 207, PT OTSUKA Indonesia
Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Luka Bakar , Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI) 2005a
weiss...mantaplah...
ReplyDeletetugas hari selasa hampir terjawab smua...
nice share ^_<